Rabu, 16 Maret 2011

perencanaan keuangan

Banyak diantara kita merasa sudah melakukan perencanaan keuangan, namun fakta menunjukan pada saat dana tersebut dibutuhkan ternyata tidak mencukupi.
Penyebab utamanya adalah:
    * Tidak menghitung jumlah yang dana dimasa mendatang (Future Value)
    * Tidak menentukan jangka waktu investasi
    * Ingin mencapai keuntungan besar tanpa dasar yang akurat
    * Tidak menetapkan target pertumbuhan minimum
    * Salah memilih instrumen investasi.
Selain itu banyak diantara kita tidak memiliki Uang Pertanggungan (UP) yang wajar dari Asuransi Jiwa manakala kita "dipanggil" oleh Pencipta kita Tuhan yang Maha Kuasa, sementara anak dan pasangan (Istri atau Suami) masih membutuhkan biaya.
Tanpa Rancang Bangun Perencanaan Keuangan maka seseorang berpotensi melakukan Spekulasi bukan Investasi.

Contoh kasus:
Seorang ayah (35 tahun) ingin melakukan investasi untuk pendidikan sarjana S1 putrinya yang tercinta usia 3 tahun, biaya pendidikan (universitas) pada saat ini diperkirakan sebesar Rp 95 juta, dana sang Ayah yang tersedia saat ini sebesar Rp 100 juta. Pengeluaran keluarga rata-rata sebesar Rp 7,5 juta perbulan.
Alokasi dana tersebut, sebagai berikut:
   1. Sebesar Rp 50 juta ditempatkan di deposito, bunga setelah pajak sebesar 6,6% pertahun
   2. Sebesar Rp 35 juta ditempatkan dalam reksadana pendapatan tetap, rata-rata return 10% per tahun
   3. Sebesar Rp 15 juta ditempatkan untuk membeli beberapa saham di Bursa Efek Indonesia , rata-rata return 17% per tahun
   4. Asuransi & investasi (unit linked) Uang Pertanggungan Rp 350 juta, premi regular Rp 5 juta + top-up regular Rp 1 juta.

Total premi terbayar Rp 6 juta per tahun (rencana pembayaran premi 10 tahun), alokasi dana investasi 100% pada saham (pertumbuhan 16% pertahun).
Setelah tahun ke 15 atau pada usia anak 18 tahun, maka dana tersebut:
1. Dari deposito menjadi sebesar Rp 130.415.158,85
2. Dari reksadana pendapatan tetap Rp 146.203.685,93
3. Dari hasil pembelian dan penjualan saham Rp 158.080.821,90
4. Dari pertumbuhan investasi di unit linked Rp 172.313.000,00
Total dana terkumpul untuk biaya pendidikan putri tercinta Rp 607.012.666,68

Tanpa disadari bahwa biaya pendidikan di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 18% setiap tahun, maka biaya pendidikan kelak (15 tahun) dari Rp 95 juta meningkat menjadi Rp 1.137.506.049,17 ini berarti bahwa defisit sebesar Rp 530.493.382,49 hal ini disebabkan karena:
   1. Salah dalam menghitung jumlah yang dana yang dibutuhkan dimasa mendatang (Future Value)
   2. Tidak menetapkan target pertumbuhan minimum
   3. Salah memilih instrumen investasi
Selain itu sang Ayah belum memiliki "manajemen resiko" yang baik karena Uang Pertanggungan hanya sebesar Rp 350 juta, jauh dibawah kisaran Uang Pertanggungan yang wajar yakni sebesar Rp 1 Miliar.

perencanaan keuangan

Dari sudut perencanaan keuangan baik disaat krisis maupun tidak, jelas merupakan suatu kebutuhan untuk terus melakukan perencanaan keuangan bagi setiap individu terutama bagi mereka yang sudah memiliki penghasilan.

Dalam tema awal kami ingin menekankan pentingnya melakukan evaluasi atas portfolio investasi yang berjalan, jelas portfolio investasi yang anda miliki tentunya merupakan 'kendaraan' anda untuk mencapai segala keinginan anda dikemudian hari.

Tetapi permasalahannya banyak diantara kita tidak menyadari bahwa alokasi investasi yang sedang anda tempatkan disektor finansial pada umumnya justru membuat anda menjadi terbebani sehingga seiring dengan perjalanan waktu aset anda menjadi tergerus? Bagaimana mungkin? Marilah kita telaah bersama bagaimana kita bisa lebih bijak mengelola uang, agar jangan sampai krisis keuangan global berimbas signifikan terhadap anda dan keluarga yang tercinta.

Monitoring, Evaluasi dan Implementasi Ulang

Dalam melakukan aktivitas rutin sudah pasti kita melakukan monitoring, misal ketika anda mengendarai kendaraan secara berkala anda harus melihat pada instrumen yang ada misalnya posisi bensin, kondisi temperatur mesin dan kecepatan kendaraan anda hingga putaran mesin per menit (RPM).

Demikian juga dengan 'kendaraan investasi' anda, wajib untuk terus dimonitor dan dievaluasi oleh anda. Bukalah catatan anda lihat berapa besar anda melakukan penempatan dana di tabungan, deposito, reksadana, saham, jumlah premi asuransi unit linked (asuransi & investasi) yang wajib dibayar atau disisihkan perbulan, dan sebagainya.

Kemudian hitunglah pertumbuhan aset alokasi atau portofolio tersebut apakah positif atau malah negatif? Jika ternyata hasilnya positif maka kami ucapkan selamat untuk anda tetapi jika negatif, jangan putus asa masih ada waktu untuk melakukan recovery portofolio Anda. Monitoring ini cukup dilakukan dengan frekuensi minimal sebulan sekali.

Bagi yang pertumbuhan negatif, bagaimana caranya? Lakukan evaluasi apakah anda masih memiliki waktu untuk tetap menyimpan di instrumen yang menyebabkan aset tersebut menjadi menurun? Ingat disini pertimbangannya hanya waktu bukan jumlah uang yang terdepresiasi!

Banyak dari responden kami (belum menjadi klien kami) menyatakan bahwa mereka tidak memiliki jangka waktu yang pasti untuk melakukan investasi, yang pasti jika adauntung baru mereka tarik dananya. Sebagian besar dari para investor jika ditanya berapa besar keuntungan yang diharapkan, mereka katakan sebesar besarnya!.

Dengan kata lain banyak diantara investor belum memiliki atau belum mengetahui target keuntungan minimum yang harus dicapai, padahal banyak diantara mereka memiliki portfolio investasi di saham dan reksadana saham dengan jumlah yang cukup besar. Fakta yang ada dalam kondisi krisis global instrumen saham dan reksadana saham mengalami tren penurunan yang signifikan sehingga berperan besar sebagai intrumen yang turut membuat aset anda menyusut dalam kurun waktu jangka pendek.

Pembaca yang bijak, target keuntungan merupakan suatu syarat utama dalam melakukan investasi dan target tersebut merupakan hasil dari waktu yang tersedia atas kebutuhan yang diinginkan oleh investor. Jadi konkretnya kita sebagai investor wajib mengetahui kebutuhan atas investasi yang dilakukan, beberapa contoh kebutuhan tersebut adalah kebutuhan atas biaya pendidikan anak, dana untuk membeli rumah, dana untuk liburan ke luar negeri hingga kebutuhan dana saat pensiun serta distribusi harta kita untuk kita berikan kepada orang yang kita cintai. Jika ternyata anda adalah bagian dari investor yang belum memiliki kebutuhan dimasa yang akan datang maka dapat dipastikan anda secara tidak sadar telah melakukan spekulasi bukan investasi.

Kembali pada kondisi dimana pertumbuhan dana menjadi negatif (seperti banyak yang dialami pada saat ini), kami ingin mengingatkan bahwa tentukanlah tujuan investasi anda, apakah tujuan tersebut merupakan tujuan jangka pendek (kurang dari 3 tahun), jangka menengah (antara 3 sampai 5 tahun) atau jangka panjang (diatas 5 tahun)?

Jika kebutuhan itu adalah jangka panjang maka penurunan aset investasi yang sedang berjalan misalkan anda menempatkan di reksadana saham (khususnya selama kurun waktu sejak awal tahun 2008 hinngga saat ini) sewajarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Mengapa demikian? Berdasarkan data yang ada, indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal Januari tahun 2001 hingga saat tanggal 23 Januari 2009 mengalami peningkatan sebesar 220,72% sehingga jika anda melakukan investasi (baik secara berkala maupun tunggal atau single) pertumbuhan dana anda masih berada dalam kisaran pertumbuhan yang positif.

Namun sebaliknya jika anda hanya memiliki waktu untuk jangka pendek dan investasi tersebut ditempatkan pada saham-saham (meskipun di sektor yang berbeda atau telah ter-diversifikasi) maupun pada reksadana saham maka menurut kami 'kendaraan investasi' yang anda pergunakan (saham maupun reksadana saham) adalah tidak tepat. Alangkah bijaksana jika anda melakukan implementasi ulang, sebaiknya untuk investasi jangka pendek anda dapat menempatkan di reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap, sedang untuk jangka menengah dapat di reksadana pendapatan tetap dengan kombinasi reksadana campuran dan reksadana saham dapat dipergunakan untuk investasi yang bersifat jangka panjang.

Konsistensi dan Persistensi.

Manajemen risiko dalam berinvestasi adalah mutlak untuk dilakukan. Pada saat kondisi sekarang adalah sangat baik jika kita memilih strategi yang aman untuk berinvestasi dengan melakukan teknik "Dollar Cost Averaging" namun kami lebih suka menyebutnya dengan "Rupiah Cost Averaging". Strategi ini baik untuk jangka panjang yang berarti baik untuk diimplementasi pada reksadana saham.

Strategi ini mewajibkan kita untuk secara konsisten (tetap) dan persisten (tekun) untuk melakukan investasi baik di saat krisis maupunpun tidak. Ingat tujuan investasi pada instrumen ini adalah jangka panjang, investasi yang bisa dilakukan per bulan, tiga bulanan atau enam bulanan.

Jika anda lebih suka melakukan investasi pada saham selain investasi di reksadana saham, maka strategi inipun bisa dipakai, riset kami menunjukkan strategi ini dapat dipergunakan untuk menghimpun kekayaan melalui investasi pada saham dan reksadana saham secara konsisten dan persisten.

Dari kedua tabel seperti gambat diatas jelas terlihat bahwa pertumbuhan nilai investasi yang dilakukan tetap berada dalam kisaran positif, meskipun pertumbuhan NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksadana bertumbuh negatif.

Permasalahan sekarang terletak pada diri kita masing-masing apakah dalam kondisi krisis global kita mau melakukan investasi secara konsiten atau tidak? Keputusan ada ditangan anda, selamat melakukan investasi..

Minggu, 06 Maret 2011

investasi

Apa dan Bagaimana Berinvestasi
      Ketika seseorang memiliki ”dana lebih” maka kebanyakan orang akan berpikir bagaimana memanfaatkan dana lebih tersebut, ada juga yang berfikir bagaimana memperbanyak atau meningkatkan nilai dari dana tersebut.
”Investasi” menjadi kata yang sudah tidak asing didengar, tapi sejauhmanakah kita memahami investasi yang sebenarnya ? Panduan ini dapat membantu anda memahami investasi, risiko dan keuntungannya...
MENGERTI DAN PAHAMILAH SEBELUM BERINVESTASI !

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan manusia pasti meningkat, dan hal ini berarti bahwa biaya akan terus membesar seiring dengan bergeraknya waktu. Dan tidak ada salahnya bila Anda mulai merencanakan keuangan Anda.

Apa sebenarnya Perencana Keuangan?
Perencana keuangan adalah suatu perencanaan yang dilakukan oleh seseorang dan keluarga agar kebutuhan finansial dapat tercapai dikemudian hari. Misalnya keinginan untuk memiliki rumah atau apartemen yang layak, memiliki kendaraan, dana untuk pendidikan bagi anak yang tercinta dan lain sebagainya.

Jika seseorang tidak melakukan Perencanaan Keuangan maka orang tersebut sangat berpotensi untuk mengalami defisit keuangan, salah satu penyebab utama adalah utang (antara lain utang pada: Kartu Kredit; Kredit Tanpa Agunan, Kredit Kendaraan, Kredit Pemilikan Rumah, dll).

Jika seseorang melakukan Perencanaan Keuangan maka orang tersebut sangat berpotensi untuk mengalami surplus keuangan atau mendapatkan kebebasan finansial (financial freedom), hal ini disebabkan karena kebutuhan finansial dapat tercapai dikemudian hari. Banyak diantara kita merasa sudah melakukan perencanaan keuangan namun fakta menunjukan pada saat dana tersebut dibutuhkan ternyata tidak mencukupi. Survey yang dilakukan oleh AC Nielsen dan Citibank menunjukan bahwa 70% eksekutif di Indonesia terancam miskin dihari tua.